Sejarah Desa

Sejarah Desa

Desa Tegalreja adalah salah satu desa dari 25 desa di kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes bagian selatan yang mempunyai latar belakang sejarah. Bahwa  Tegalreja yang dulunya terbagi dua Desa Dukuh Sawah dan Tegal Sawah konon di Pimpin oleh dua kepala Desa, Sebelah Utara Masjid Jami Baiturrohman adalah Tegal Sawah yang di pimpin Kepala desa Pertama Bapak Itong sekitar tahun 1750 s/d 1799, sebelah selatan Kantor Balai Desa adalah dukuh sawah di Pimpin oleh Bapak Satem sekitar Tahun 1775 s/d 1799.

 

                Keberadaan Desa Tegal Sawah dan Dukuh Sawah berdiri sekitar Tahun 1750 yang sekarang di jadikan Satu oleh Bapak Kepala Desa Pertama Desa Tegalreja Bapak H. Abdul Wahab dengan Luas 305 Ha. Yang berada di sebelah Utara desa Banjarharjo ( Utara desa Kradenan Kecamatan Kersana, Barat desa Cihaur, Selatan desa Parereja dan Banjarharjo, Timur desa Banjar Lor ).

 

              Disebut Dayeh Dukuh Sawah menurut sejarah masyarakat Tegalreja konon pada Zaman Babat Alas, ada seorang Alim dari Tanah Banten yang biasa masyarakat Tegalreja menyebutnya Buyut Sarikem ( Syeh Abdul Rohman ) masih keturunan dari Syeh Hasanudin Banten. Sekitar Abad masa Zaman Para Wali beliau Mbah Sarikem diberi Amanah untuk Babat Alas bersama Masyarakat, hingga terbentuknya sebuah Perkampungan Masyarakat hinga terbentuknya sebuah Perkampungan Dukuh Sawah hinga terbagi dua desa sebelah Utara Tegal Sawah dan Sebelah Selatan Dukuh Sawah. Sumber Pendapatan Masyarakat zaman dulu masih dominan dari hasil Pertanian bercocok Tanam Padi, palawija dll.

 

             Ketika bersatunya kembali Dukuh Sawah dan Tegal Sawah menjadi Desa Tegalreja saat kepemipinan Bapak Kuwu Jamali ( Jamaludin ) sekitar Tahun 1964 s/d 1977 berasal dari Paguyangan ( Banyumas ) yang Tersohor dengan Berkuda saat berdinas dan mengayomi Masyarakat. Nama Kuda kesayangan beliau yang di kasih nama Si Tambah yang selalu menemani perjalanan beliau, hingga akhir jabatan dan akhir hayatnya beliau Bpk. Jamali di Makamkan di kediaman beliau di Desa Paguyangan, dengan jasa beliau masyarakat Tegal reja mengambil Tanah kuburannya sebagai bukti Sejarah yang sekarang di makamkan di Makam Samboja ( Tegalreja ).Nama Lain dari Dukuh Sawah kini masih di sebut di Dukuh Cantilan yang posisinya berada di sebelah Utara Desa Parereja, di Kepalai oleh Kepala Wilayah ( Kadus ).

 

            Itulah asal mula sejarah desa Tegal reja terbentuk samapai sekarang, sumber informasi data dari Kepala Desa Tegalreja dan Tokoh Masyarakat di antaranya Bpk. H. Abdul Jalil, Bpk. Kerta Jaya sekitar Tahun 1936.

Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry. Lorem Ipsum has been the industry's standard dummy text ever since the 1500s, when an unknown printer took a galley of type and scrambled it to make a type specimen book. It has survived not only five centuries, but also the leap into electronic typesetting, remaining essentially unchanged. It was popularised in the 1960s with the release of Letraset sheets containing Lorem Ipsum passages, and more recently with desktop publishing software like Aldus PageMaker including versions of Lorem Ipsum.

Where does it come from?

Contrary to popular belief, Lorem Ipsum is not simply random text. It has roots in a piece of classical Latin literature from 45 BC, making it over 2000 years old. Richard McClintock, a Latin professor at Hampden-Sydney College in Virginia, looked up one of the more obscure Latin words, consectetur, from a Lorem Ipsum passage, and going through the cites of the word in classical literature, discovered the undoubtable source. Lorem Ipsum comes from sections 1.10.32 and 1.10.33 of "de Finibus Bonorum et Malorum" (The Extremes of Good and Evil) by Cicero, written in 45 BC. This book is a treatise on the theory of ethics, very popular during the Renaissance. The first line of Lorem Ipsum, "Lorem ipsum dolor sit amet..", comes from a line in section 1.10.32.